.
Home » » Songket Minang motif Saluak Laka dapat Penghargaan UNESCO 2012

Songket Minang motif Saluak Laka dapat Penghargaan UNESCO 2012

Ditulih Unknown pado hari Kamis, 17 Januari 2013 | 05.58


Songket Minang motif Saluak Laka dapat Penghargaan Unesco 2012 ::
Padang Today.com ::
Songket Minang motif Saluak Laka dapat Penghargaan Unesco 2012
Suatu prestasi yang patut kita banggakan hasil produksi studio songket  ErikaRianti, dengan reflika motif songket minangkabau “ Saluak Laka “  dan Songket masa lalu mendapat penghargaan  Award Of Exellence for Handicraf tahun 2012  oleh Unesco. Kegigihan dan ketekunan Studio Songket ErikaRianti yang tumbuh mandiri tanpa pendamping dalam mendalami dan memproduksi motif-motif songket lama, yang tidak diproduksi lagi saat ini, semua ini menjadi insprirasi yang membuka mata kita untuk mencintai Ranah Minang, Sumatera Barat ini.

Ini disampaikan Ketua Dekranasda Ny.Hj. Nevi Irwan Prayitno ketika menerima kunjungan rombongan Studio Songket ErikaRianti di rumah kediaman Gubernuran, Selasa malam (15/1). Sosok ketua Dekranasda Ny.Hj Nevi tanpa didampingi oleh pengurus menyapa penuh akrab dan tampil bersahaja.

Lebih lanjut Ny. Nevi menyampaikan, Dekranasda Provinsi Sumatera Barat akan terus mengembangkan perhatian terhadap produktifitas kerajinan budaya yang memiliki nilai-nilai filosofis,  yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat di Sumatera Barat.  Songket, sulam, bordir merupakan bagian dari beberapa produktifias masyarakat.

Dekranasda dan Dekranas dalam kebijakannya akan memikirkan produktifas kerajianan masyarakat itu dari Hulu hingga hilirnya. Kita tidak saja mencoba mencari ruang pasarnya akan tetapi juga menyiapkan bahan baku yang murah, bisa terjangkau oleh masyarakat, sehingga produktifitasnya akan dapat lestari berkembang dengan baik.

Kita menyadari persoalan mendasar pada pembuatan songket di Sumatera Barat adalah harga bahan benang  sangat tinggi, karena kita tahu negara Indonesia bukan produsen benang. Benang beasal dari kapas. Satu-satunya propinsi mulai memproduksi kapas baru Provinsi Sumatera Selatan.

Dekranas bersama Ketuanya Ny, Herawaty Boediono telah berupaya mencari kontributor utama pemasok benang di Indonesia, agar nantinya bisa diambil secara langsung oleh Dekranas untuk meminimalkan harga kepada pengarajin. Namun hingga hari ini, belum ada orang yang mau memberitahu, karena banyak para pedagang terus berupaya memainkan harga untuk mencari untung, ungkapnya.

Ny. Nevi juga menyampaikan, Dekranasda akan memberikan perhatian untuk keberlangsungan produktifitas studio songket Erika Rianti. Hal ini dilakukan karena ini merupakan aset daerah yang menjadi bagian dari kemajuan dinamika kerajianan daerah Sumatera Barat.

Kita tahu dalam pembinaan dan pengembangan kerajian, ada tiga hal bentuk produksi kerajinan masyarakat yang menjadi perhatian serius Dekranasda. Pertama meningkatkan kemudahan produksi kerajinan, sehingga harga bisa bersaing, terhadap kerajinan menjadi kebutuhan sehari-hari.  Kedua ada nama kerajinan yang mesti mempertahankan nilai-nilai karakter idealismenya. Dan yang ketika adalah mempertahankan produksi yang dilakukan dengan tangan, yang merupakan bahagian  dari pelestarian kebudayaan bangsa.

Dari yang tiga macam itu, studio songket ErikaRianti ini termasuk dalam produksi yang mesti melestarikan idealisme / ideologis nilai-nilai filosofisnya yang amat dekat dengan kepribadian, etika budaya masyarakat Sumatera Barat.  Karena lama dan tinggi tingkat kesulitan produksinya , nilai jual produksi songket ini hanya dapat terjangkau oleh kalangan menengah ke atas. Oleh karena itu tidaklah berlebihan nanti jika Dekranasda Sumatera Barat memberikan perhatian dan suport dalam mempertahankan kebelangsungan produksinya, ujarnya.

Pimpinan Studio Songket ErikaRianti, Nanda Wirawan,ST dalam kesempatan itu menyampaikan, keberhasilan mendapat penghargaan dari Unesco ini tidak terlepas dari dukungan keluarga besar ErikaRianti dan Iswandi suami tercinta yang sekaligus sebagai disainnernya.  Saat ini sudah lebih dari 180 kain produksi, yang telah terjual ke Malaysia, Singapura, Jakarta pada museum Songket dll.

Dalam pewarnaan kita saat ini telah memakai pewarnaan alam, tidak lagi memakai perwarnaan berbahan kimia. Saat ini kita amat sangat  berharap bagaimana bahan benang tidak lagi termasuk bahan import mewah, atau pajak bea cukai dapat dikurangi, sehingga biayanya bisa murah, sehingga bisa memproduksi songket lebih banyak dan harga relatif bisa terjangkau, harapnya.
Share this article :
Komentar
0 Komentar

0 komentar :

Posting Komentar

.