Penulis | Dika Pitopang ( @d_pitopang )
"Berbagai sudut pengambilan gambar kami
tempuh, mulai dari atas bebatuan besar sekitar air terjun hingga dari dalam goa
agar kelak kita semua tahu bahwa di sekitar kita ada bongkahan surga yang jatuh
ke bumi" - Air Terjun Lubuak Bulan,
50Kota
-----------------------------------------
Minggu (23/03) pagi itu embun tak berhenti
menyelimuti kota kecil ku, Payakumbuh. Seruputan kopi hangat tak kunjung
mengusir rasa dingin. Di benak ku terbayang indahnya Air Terjun Lubuak Bulan
yang ku lihat di salah satu media beberapa hari sebelumnya.
Sebenarnya ku tlah berjanji dengan seorang
teman untuk menyusup ke dalam hutan rimba lagi minggu ini. Namun, rencana
tinggal rencana, sang rekan dapat panggilan kerja. Tapi hal itu tak sedikitpun
menyurutkan niatku tuk menyibak belukar demi melihat langsung indahnya Air
Terjun yang penuh misteri.
Jam tangan ku menunjukkan waktu 08.30 WIB, ku
coba menghubungi salah satu abang yang memang suka berpetualang berharap ia mau
menemani perjalananku kali ini. Tak butuh banyak kata tuk memastikan
keberangkatan kami, karna kata Bang Onk Sasuai kalau memang mau ke lokasi itu
sebaiknya kita berangkat pagi ini juga.
Berbekal sedikit keterangan dari media kami
berangkat dari Payakumbuh jam 09.00 WIB. Dorongan tekad kuat serta lensa
pinjaman dari Bang Dy Andre ku putar pegas motor mengejar waktu. Jam 09.45 kami
memasuki daerah simpang kapuak, menurut keterangan warga sekitar kami masih
harus meneruskan perjalanan sekitar 1 jam lagi sebelum bisa menikmati segarnya
air terjun itu.
Baru setengah jam perjalanan kami dihadapkan
pada medan yang tak lazim ditempuh dengan motor matic yang ku bawa. sebuah
pendakian terjal panjang tanpa aspal menanti kami. Belum 500 meter mendaki, ku
menyerah. Kendali motor ku serahkan pada Bang Onk yang memang berpengalaman
menempuh berbagai arena ekstrim, sementara ku lebih memilih berjalan kaki.
Tidak mudah memang, karna pendakian ini seperti tak ber-ujung.
Setelah 20menit ku ayunkan kaki menapak jalan
tanah yang keras serta licin, baru ku bisa bernapas lega melihat jalan yang
cenderung datar. Namun saat ku menoleh ke belakang tak ayal ku terkejut melihat
kami berderi sejajar dengan Gunung Bungsu, cukup terjal pendakian yang barusan
kami taklukkan mengingat jalurnya tak lebih dari 1 KM.
Bang Ong | Rekan Seperjalanan
Bang Ong menyarankan kami tuk beristirahat
melihat peluhku yang tlah membasahi tubuhku. seteguk - dua teguk air cukup
menyegarkan disini, mengembalikan kesadaranku betapa indahnya tempat kami
beristirahat. Tak perlu komando ataupun peringatan, langsung ku keluarkan
kamera yang sejak awal ku sandang. Bergantian kami mengabadikan indahnya alam
Luak Nan Bungsu dari atas sini.
15 menit berhenti tlah mengembalikan tenaga ku
dan Bang Ong mengembalikan tuas kendali
motor. Tak kurang 30 menit kami berjuang keras menaklukkan medan yang selayaknya
ditempuh dengan motor trail ini, Bang Ong berkali - kali dipaksa turun dari
boncengan melihat jalur yang harus ku tempuh. Smakin ke dalam, jalur yang kami
tempuh smakin memacu adrenalin. Jalan smakin sempit, tanah yang smakin licin
dan sulitnya mencari jalan yang datar tak sedikitpun memupuskan bayangan akan
air terjun lubuak bulan di mata ku.
Di belakang kami tampak beberapa sepeda motor
melaju searah, kami tidak sendirian. Punya teman seperjalanan merupakan
kebahagiaan lain saat berpetualang, saling bahu – membahu dan berbagi semangat
sangat membantu penaklukan jalur ekstrim ini. Tidak sekali dua kali kami
mengangkat motor rekan seperjalanan yang hampir roboh, mendorongnya melewati
tanjakan, dan saling menunjukkan jalur teraman yang dapat ditempuh.
Saat memasuki hutan yang smakin rapat, kami
sempat tersesat dan malah memasuki lahan kebun gambir. Untung saja masyarakat
yang sedang memanen pohon uang itu tahu kami tersesat dan segera meneriaki
kami. Ternyata kami melewati persimpangan menuju lokasi, maklum saja air terjun
ini masih baru dikenalkan dan belum ada satupun penunjuk jalan.
Tiba saatnya kami harus meninggalkan motor dan
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menempuh turunan yang curam
diiringi suara gemuruh air. Kami sudah dekat namun tak bisa bergesa karna jalan
yang kami tempuh bukan turunan biasa, akar yang melintang dan tanah gembur
membuat ku harus berhati - hati.
Luar biasa, sampai ku tak sanggup
menggambarkan bagaimana indahnya air terjun ini. Air yang amat deras mengucur
dari atap goa alami menuju dasar kolam. Ajaib, cuma disini kita tak bisa
melihat kemana air kolam itu mengalir sehingga warga menamainya "Air
Hilang". Dari dalam goa ku melihat air terjun ini bagai selendang bidadari
yang menjuntai dari langit berlatarkan hutan perawan dan secercah cahaya
matahari.
Potret dari dalam goa Air Terjun Lubuak Bulan
Bersama Bang Ong, aku mencari tempat yang tepat untuk merekam keindahan "surga dunia" ini. Mulai dari atas bebatuan besar sekitar air terjun hingga dari dalam goa agar kelak kita semua tahu bahwa di sekitar kita ada bongkahan surga yang jatuh ke bumi.
Satu jam lebih kami berkeliling mengabadikan
keajaiban ini, perjalanan yang cukup menguras energi ini membunyikan gemuruh
dari dalam tubuh. Kami lapar. Saat
membasuh tangan, kami dikagetkan oleh suara – suara teriakan yang kami kenali.
Serentak aku dan Bang Ong menoleh ke arah jalan masuk goa, kaget bukan kepalang
saat melihat rekan – rekan Payakumbuh Sepeda Nanjak (PSN) muncul di sini.
Padahal dalam perjalanan tadi aku dan Bang Ong baru berencana mengajak mereka
menjamah hutan ini.
Makan siang kami pun tertunda, kami disibukkan
oleh permintaan teman – teman mengabadikan saat – saat mereka di Air Terjun
ini. Diawali dengan photo perorangan dan ditutup dengan photo bersama ditemani
canda tawa khas pecinta tanjakan, kami sempat lupa akan lapar.
Puas berphoto, kami menyegerakan makan siang.
Bekal nasi bungkus dan air mineral pun tlah berpindah ke dalam saluran
pencernaan. Sungguh, inilah tempat makan siang paling mewah yang pernah ku
temui. Makan di dalam goa sembari menikmati pemandangan hutan saja sudah biasa,
disini kita bahkan ditemani gemuruh air terjun yang lenyap seperti ditelan
bumi.
Waktu seakan tak berdosa mengalir dengan
begitu cepat disini, tak terasa jam tangan ku tlah menunjukkan jam 14.30WIB,
saatnya untuk pulang. Karna kami harus melewati jalan yang sama saat menuju ke
sini dan kami harus bergegas jika tak mau ditelan gelapnya hutan perawan saat
malam datang.
Menuju tempat kami meninggalkan motor cukup
menguras tenaga, tidak jarang tangan ku berpegangan pada akar dan pohon untuk
menahan tubuh yang lelah ini. Dan kadang ke-ibaan hati tuk meninggalkan air
terjun ini smakin melemahkan pijakan ku.
Beberapa saat setelah meninggalkan mulut goa
kami berpapasan jalan dengan serombongan besar pecinta traveling dari Kota Padang,
ada rasa haru yang besar mengetahui bahwa sepotong surga yang jatuh di bumi
Luak Nan Bungsu ini dikenal hingga ke luar kota. Ada keceriaan di wajah mereka
saat menikmati keperawanan hutan dan udara segar disini.
Bukan hal yang mudah untuk pulang karna
pendakian yang terjal tadi harus kami bayar dengan penurunan panjang yang
sangat curam. Tiga kali kami berhenti karna takut rem motor kepanasan yang
dapat membahayakan perjalanan serta mengabadikan jalur perjalanan yang
terlewatkan saat berangkat tadi. Selama perjalanan pulang kendali ku serahkan
pada Bang Ong karna tak dapat ku pungkiri tubuh ini amat sangat lelah.
40 menit perjalanan dan kami baru saja
menuntaskan penurunan terjal terakhir dan mulai memasuki perkampungan. Dari
sini kendali motor ku ambil alih karna Bang Ong pun sudah pasti sangat lelah
menjajal jalur ekstrim tadi. Saatnya melaju dengan nyaman, karna mulai dari
sini jalanan yang kami tempuh telah diaspal.
30KM perjalanan kami isi dengan perencanaan
membawa rekan – rekan pecinta traveling ekstrim lainnya ke Air Terjun Lubuak
Bulan. Pastinya tidak mudah, jarak yang jauh dari pusat kota dan jalur yang
penuh rintangan akan menjadi bumbu peningkat selera para petualang sejati.
Besar harapan kami membawa kepingan kenangan
akan indahnya Lubuak Bulan ke alam luar, rasa itu sama besarnya dengan takut
akan pencemaran lokasi – lokasi wisata alami di negeri kami.(dikapitopang)
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Air Hilang, Sebutan Lain Air Terjun Lubuak Bulan.Benar benar sangat bermamfaat jika kita dapat mengetahui tempat pariwisata yang menarik dan penuh dengan suasana baru di indonesia.Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai pariwisata indonesia yang bisa anda kunjungi di www.pariwisata.gunadarma.ac.id
BalasHapus